I.
PENGEMBANGAN
STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Standar
merupakan acuan untuk mengukur kualitas, namun seringkali standar ini dipahami
sebagai standarisasi, jadi standar nasional pendidikan itu tidak bermakna standarisasi, tidak
bermakna penyeragaman. Standar bukan alat kendali, bukan alat untuk memberi sanksi.
Tetapi standar digunakan sebagai acuan untuk memfasilitasi kita harusnya
seperti apa. Jadi standar sebagai acuan untuk memfasilitasi (enabling), standar
menuju kualitas merupakan acuan bagaimana kita menyelenggarakan pendidikan anak
usia dini.
STPPA
adalah Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak. Namun, karena PAUD bukan
lulusan maupun bukan kompetensi, maka menyatakannya dengan standar tingkat
pencapaian anak.
Rumusan
perkembangan anak merupakan integrasi dari perkembangan nilai agama dan moral,
fisik-motorik, kognitif, bahasa, dan social-emosional.
A.
Layanan PAUD
Layanan PAUD
dilaksanakan dengan prinsip menjunjung tinggi harkat martabat dan hak-hak anak,
demokratis, non-diskriminasi, transparan, akuntabel, memberdayakan semua
potensi, pelibatan keluarga, dan
peningkatan mutu berkelanjutan.
Pelibatan
keluarga merujuk pada ketentuan:
1. Keluarga
berperan utama dalam pendidikan anak sejak lahir hingga usia dua tahun
2. Keluarga
bersinergi dengan lembaga PAUD untuk anak usia di atas dua tahun sampai enam
tahun.
B.
Lingkup materi aspek perkembangan agama
dan moral, meliputi:
1. Keyakinan
pada Tuhan Yang Maha Esa
2. Ajaran
dan tata cara ibadah agama
3. Perilaku
berakhlak mulia
4. Kebiasaan
beribadah sesuai dengan ajaran agama
5. Kerukunan
dan toleransi dengan sesame penganut agama dan antar pemeluk agama yang berbeda
C.
Lingkup materi aspek perkembangan fisik,
meliputi:
1. Gerakan
motorik kasar
2. Gerakan
motorik halus
3. Pengetahuan
dan ketrampilan tentang kesehatan dan keselamatan diri
D.
Lingkup materi aspek perkembangan
kognitif, meliputi:
1. Matematika.
Untuk mengajarkan
logika berpikir
2. Sains
Untuk mengembangkan
rasa ingin tahunya
3. Teknologi
4. Social
dan budaya
E.
Lingkup materi aspek perkembangan
bahasa, meliputi:
1. Bahasa
ekspresif
2. Bahasa
reseptif
3. Keaksaraan
awal
Bukan berarti mengajarkan
peserta didik untuk membaca, tetapi untuk memperkenalkan huruf.
F.
Lingkup materi aspek perkembangan social-emosional,
meliputi:
1. Pengenalan
diri sendiri
2. Pengendalian
emosi
3. Menjalin
hubungan dengan orang lain
G.
Fungsi SN-PAUD Masa Depan
SN PAUD difungsikan bukan merupakan instrument untuk
menghukum, agar lebih difokuskan untuk menjamin hak peserta didik akan
pendidikan bermutu. SN PAUD sebagai acuan penyusunan kebijakan dan strategi
untuk memberdayakan dan memfasilitasi satuan pendidikan anak usia dini,
pendidik, tenaga kependidikan dalam mewujudkan PAUD bermutu.
II. PENTINGNYA
FILM ANAK DAN BUDAYA SENSOR MANDIRI DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN KEBIJAKAN
Anak berhak mendapatkan
informasi sesuai dengan tahapan usia dan perkembangannya.
Budaya Sensor Mandiri
dan Tips Menonton Film
1. Dampingi
anak saat menonton
2. Batasi
jam menonton
3. Pilih
film yang sesuai usia anak
4. Mengingatkan
hal-hal baik yang patut ditiru dan penanaman nilai-nilai positif
III.
PEMBAGIAN
KATEGORI TAYANGAN KONTEN ANIMASI BERDASARKAN USIA
A.
USIA 0-3 TAHUN: Lower preschool
Konten pada kelompok
umur ini dikreasikan untuk memberikan stimulasi perkembangan kognitif pada
anak. Visual animasinya sangat sederhana, interaktif, repetitive dan lambat
dalam penyampaian. Dari aspek visual menggunakan bentuk yang sederhana dan
warna yang cerah.
B.
USIA 3-5 TAHUN: Upper preschool
Konten pada kelompok
umur ini dikreasikan untuk memberikan stimulasi perkembangan kognitif pada
anak. Visual animasinya lebih kompleks terkait pesan yang akan diangkat apabila
dibandingkan kelompok lower pre school, interaktif, repetitive masih digunakan
dalam penyampaian. Dari aspek visual menggunakan bentuk yang kompleks dan warna
yang cerah.
C.
USIA 6-8 TAHUN: Children
Konten pada kelompok
umur ini cenderung penokohan, struktur ceria, dan konflik sederhana. Konten cenderung
memiliki story arc pendek/ episodic, namun premis dibangun kuas. Durasi format
episode bervariasi antara 3-11 menit per episode. Bahkan ada format yang
berdurasi pendek antara 1-5 menit berfungsi sebagai pengisi jeda acara bernama interstitial.
D.
USIA 9-11 TAHUN: Children
Konten pada kelompok
umur ini cenderung penokohan, struktur cerita, dan konflik cerita lebih
kompleks. Konten cenderung memiliki story arc pendek/ episodic, namun premise
dibangun luas. Durasi format episode bervariasi antara 11-24 menit per episode.
E.
USIA 12-15 TAHUN: Teen
Konten pada kelompok
umur ini cenderung penokohan, struktur cerita, dan konflik cerita lebih
kompleks. Konten cenderung memilki story arc yang panjang atau juga berdiri
sendiri setiap episodenya, teknis produksi lebih kompleks dari teknis
animasinya, live action, atau panjang rata-rata 90 menit.
IV. FILM
KARTUN INDONESIA DDALAM PRESPEKTIF PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK
HAK
ANAK
1. Hak
Hidup
2. Hak
Tumbuh Kembang, tumbuh kembang untuk jiwanya juga.
3. Hak
perlindungan. Perlindungan dari berbagai paparan yang mungkin justru kontra produktifdiktif
membuat anak tergelincir menjadi pelaku kekerasan dan sebagainya
4. Hak
partisipasi
Dibutuhkan
unsur asah asih dan asuh.
·
Asah, kebutuhan akan stimulasi mental
sejak dini. Salah satunya melalui film-film animasi.
·
Asih, kebutuhan emosional juga dengan
bimbingan yang penuh suasana keramah tamahan.
·
Asuh , asupan gizi pada putra putri kita
yang usia dini/ balita.
Prinsip
pengasuhan anak tentu dengan:
·
Kasih sayang
·
Perhatian
·
Komunikasi
·
Stimulasi
·
Asupan gizi
Anak usia dini secara
umum pada biasanya senang belajar, senang bergerak, senang berteman, senang
berpetualang, senang mencoba merupakan kreatifitasnya tidak takut salah, senang
bermain, senang melawan kala dalam masa-masa egosentrismenya.
Suasana bermain ini tentu
merangsang berbagai aspek, moral, spiritual, emosi, dan social, bahasa dan
sebagainya.
Semua anak senang belajar
Sumber
belajar:
·
Keluarga
·
Buku-buku: dari orangtua yang mendongengkan
anak-anaknya
·
Film
·
Sekolah/ paud
·
Sosmed
·
Teman bermain
·
Dan sebagainya
Manfaat
film kartun:
·
Sebagai media belajar
·
Perkembangan kognitif
·
Perkembangan bahasa
·
Perkembangan kreativitas
·
Memberikan hiburan
Film
kartun banyak manfaatnya
Film
kartun ditunggu anak
Tapi
juga bisa bahaya
Bila
tanpa unsur etika
v PERTANYAAN:
1.
Bagaimana agar anak terbiasa menonton
tontonan di televise yang beredukasi, missal cerita pendek bermain sambil
belajar dll, sehingga anak sudah tidak lagi menonton tontonan di handphone orangtuanya?
Jawaban:
Sebetulnya memang anak-anak tertarik pada sesuatu yang
menarik. Unsur warna warni, gerak, lagu, humor, dan sebagainya. Yang lebih
ditonton anak yang lebih menghibur, sekarang bagaimana kita sebagai orangtua
mengarahkan sebagai tontonan tapi juga
ada unsur tuntunan tadi. Kalau perlu juga dipadu dengan keakraban antara anak
dan orantua, dilakukan pendampingan orang tua, jangan dilepas, kalau perlu ada
dialog. Mungkin diperlukan alat peraga seperti boneka. Sehingga anak melihat
ditayangan di televise yang cukup jelas tapi
kemudian juga hadir dalam menggambar, mewarnai, boneka bisa bersalaman. Sehingga
suasananya betul-betul terpadu antara tontonan dilayar dengan kehidupannya yang
nyata yang bisa dipersepsi anak-anak di keluarga.
Perlu pengorbanan
orangtua, untuk menyediakan waktu, diminta untuk mendampingi anak untuk
menonton tayangan televisi dan memberi pesan edukatif, mengulas bersama anak
agar tujuan tayangan itu dapat tercapai.