Rabu, 16 Desember 2020

RANGKUMAN MATERI WEBINAR: " FILM KARTUN DAN ANIMASI DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK"



    I.          PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Standar merupakan acuan untuk mengukur kualitas, namun seringkali standar ini dipahami sebagai standarisasi, jadi standar nasional pendidikan itu tidak bermakna standarisasi, tidak bermakna penyeragaman. Standar bukan alat kendali, bukan alat untuk memberi sanksi. Tetapi standar digunakan sebagai acuan untuk memfasilitasi kita harusnya seperti apa. Jadi standar sebagai acuan untuk memfasilitasi (enabling), standar menuju kualitas merupakan acuan bagaimana kita menyelenggarakan pendidikan anak usia dini.

STPPA adalah Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak. Namun, karena PAUD bukan lulusan maupun bukan kompetensi, maka menyatakannya dengan standar tingkat pencapaian anak.

Rumusan perkembangan anak merupakan integrasi dari perkembangan nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, dan social-emosional.

A.           Layanan PAUD

Layanan PAUD dilaksanakan dengan prinsip menjunjung tinggi harkat martabat dan hak-hak anak, demokratis, non-diskriminasi, transparan, akuntabel, memberdayakan semua potensi, pelibatan keluarga, dan peningkatan mutu berkelanjutan.

Pelibatan keluarga merujuk pada ketentuan:

1.   Keluarga berperan utama dalam pendidikan anak sejak lahir hingga usia dua   tahun

2.   Keluarga bersinergi dengan lembaga PAUD untuk anak usia di atas dua tahun sampai enam tahun.

B.            Lingkup materi aspek perkembangan agama dan moral, meliputi:

1.   Keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa

2.   Ajaran dan tata cara ibadah agama

3.   Perilaku berakhlak mulia

4.   Kebiasaan beribadah sesuai dengan ajaran agama

5.   Kerukunan dan toleransi dengan sesame penganut agama dan antar pemeluk agama yang berbeda

C.            Lingkup materi aspek perkembangan fisik, meliputi:

1.   Gerakan motorik kasar

2.   Gerakan motorik halus

3.   Pengetahuan dan ketrampilan tentang kesehatan dan keselamatan diri

D.           Lingkup materi aspek perkembangan kognitif, meliputi:

1.   Matematika.

Untuk mengajarkan logika berpikir

2.   Sains

Untuk mengembangkan rasa ingin tahunya

3.   Teknologi

4.   Social dan budaya

E.            Lingkup materi aspek perkembangan bahasa, meliputi:

1.   Bahasa ekspresif

2.   Bahasa reseptif

3.   Keaksaraan awal

Bukan berarti mengajarkan peserta didik untuk membaca, tetapi untuk memperkenalkan huruf.

F.             Lingkup materi aspek perkembangan social-emosional, meliputi:

1.   Pengenalan diri sendiri

2.   Pengendalian emosi

3.   Menjalin hubungan dengan orang lain

G.           Fungsi SN-PAUD Masa Depan

SN PAUD difungsikan bukan merupakan instrument untuk menghukum, agar lebih difokuskan untuk menjamin hak peserta didik akan pendidikan bermutu. SN PAUD sebagai acuan penyusunan kebijakan dan strategi untuk memberdayakan dan memfasilitasi satuan pendidikan anak usia dini, pendidik, tenaga kependidikan dalam mewujudkan PAUD bermutu.

 

 II. PENTINGNYA FILM ANAK DAN BUDAYA SENSOR MANDIRI DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN KEBIJAKAN

Anak berhak mendapatkan informasi sesuai dengan tahapan usia dan perkembangannya.

Budaya Sensor Mandiri dan Tips Menonton Film

1.   Dampingi anak saat menonton

2.   Batasi jam menonton

3.   Pilih film yang sesuai usia anak

4.   Mengingatkan hal-hal baik yang patut ditiru dan penanaman nilai-nilai positif


III.          PEMBAGIAN KATEGORI TAYANGAN KONTEN ANIMASI BERDASARKAN       USIA

A.           USIA 0-3 TAHUN: Lower preschool

Konten pada kelompok umur ini dikreasikan untuk memberikan stimulasi perkembangan kognitif pada anak. Visual animasinya sangat sederhana, interaktif, repetitive dan lambat dalam penyampaian. Dari aspek visual menggunakan bentuk yang sederhana dan warna yang cerah.

B.            USIA 3-5 TAHUN: Upper preschool

Konten pada kelompok umur ini dikreasikan untuk memberikan stimulasi perkembangan kognitif pada anak. Visual animasinya lebih kompleks terkait pesan yang akan diangkat apabila dibandingkan kelompok lower pre school, interaktif, repetitive masih digunakan dalam penyampaian. Dari aspek visual menggunakan bentuk yang kompleks dan warna yang cerah.


C.            USIA 6-8 TAHUN: Children

Konten pada kelompok umur ini cenderung penokohan, struktur ceria, dan konflik sederhana. Konten cenderung memiliki story arc pendek/ episodic, namun premis dibangun kuas. Durasi format episode bervariasi antara 3-11 menit per episode. Bahkan ada format yang berdurasi pendek antara 1-5 menit berfungsi sebagai pengisi jeda acara bernama interstitial.


D.           USIA 9-11 TAHUN: Children

Konten pada kelompok umur ini cenderung penokohan, struktur cerita, dan konflik cerita lebih kompleks. Konten cenderung memiliki story arc pendek/ episodic, namun premise dibangun luas. Durasi format episode bervariasi antara 11-24 menit per episode.


E.            USIA 12-15 TAHUN: Teen

Konten pada kelompok umur ini cenderung penokohan, struktur cerita, dan konflik cerita lebih kompleks. Konten cenderung memilki story arc yang panjang atau juga berdiri sendiri setiap episodenya, teknis produksi lebih kompleks dari teknis animasinya, live action, atau panjang rata-rata 90 menit.




IV. FILM KARTUN INDONESIA DDALAM PRESPEKTIF PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

HAK ANAK

1.      Hak Hidup

2.      Hak Tumbuh Kembang, tumbuh kembang untuk jiwanya juga.

3.      Hak perlindungan. Perlindungan dari berbagai paparan yang mungkin justru kontra produktifdiktif membuat anak tergelincir menjadi pelaku kekerasan dan sebagainya

4.      Hak partisipasi

 

Dibutuhkan unsur asah asih dan asuh.

·        Asah, kebutuhan akan stimulasi mental sejak dini. Salah satunya melalui film-film animasi.

·        Asih, kebutuhan emosional juga dengan bimbingan yang penuh suasana keramah tamahan.

·        Asuh , asupan gizi pada putra putri kita yang usia dini/ balita.

 

Prinsip pengasuhan anak tentu dengan:

·          Kasih sayang

·          Perhatian

·          Komunikasi

·          Stimulasi

·          Asupan gizi

 

Anak usia dini secara umum pada biasanya senang belajar, senang bergerak, senang berteman, senang berpetualang, senang mencoba merupakan kreatifitasnya tidak takut salah, senang bermain, senang melawan kala dalam masa-masa egosentrismenya.

Suasana bermain ini tentu merangsang berbagai aspek, moral, spiritual, emosi, dan social, bahasa dan sebagainya.

 

Semua anak senang belajar

 

Sumber belajar:

·          Keluarga

·          Buku-buku: dari orangtua yang mendongengkan anak-anaknya

·          Film

·          Sekolah/ paud

·          Sosmed

·          Teman bermain

·          Dan sebagainya

 

Manfaat film kartun:

·                    Sebagai media belajar

·                    Perkembangan kognitif

·                    Perkembangan bahasa

·                    Perkembangan kreativitas

·                    Memberikan hiburan

 

Film kartun banyak manfaatnya

Film kartun ditunggu anak

Tapi juga bisa bahaya

Bila tanpa unsur etika

 

v PERTANYAAN:

1.        Bagaimana agar anak terbiasa menonton tontonan di televise yang beredukasi, missal cerita pendek bermain sambil belajar dll, sehingga anak sudah tidak lagi menonton tontonan di handphone orangtuanya?

Jawaban:

        Sebetulnya memang anak-anak tertarik pada sesuatu yang menarik. Unsur warna warni, gerak, lagu, humor, dan sebagainya. Yang lebih ditonton anak yang lebih menghibur, sekarang bagaimana kita sebagai orangtua mengarahkan  sebagai tontonan tapi juga ada unsur tuntunan tadi. Kalau perlu juga dipadu dengan keakraban antara anak dan orantua, dilakukan pendampingan orang tua, jangan dilepas, kalau perlu ada dialog. Mungkin diperlukan alat peraga seperti boneka. Sehingga anak melihat ditayangan di televise yang  cukup jelas tapi kemudian juga hadir dalam menggambar, mewarnai, boneka bisa bersalaman. Sehingga suasananya betul-betul terpadu antara tontonan dilayar dengan kehidupannya yang nyata yang bisa dipersepsi anak-anak di keluarga.

Perlu pengorbanan orangtua, untuk menyediakan waktu, diminta untuk mendampingi anak untuk menonton tayangan televisi dan memberi pesan edukatif, mengulas bersama anak agar tujuan tayangan itu dapat tercapai.




Sharing is Caring

Minggu, 13 Desember 2020

Represi (Review Buku)


𝕭𝖑𝖚𝖗𝖇
𝘈𝘸𝘢𝘭𝘯𝘺𝘢 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘈𝘯𝘯𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘪𝘬-𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘴𝘢𝘫𝘢. 𝘔𝘦𝘴𝘬𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘥𝘦𝘬𝘢𝘵 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘺𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢, 𝘈𝘯𝘯𝘢 𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘣𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘢𝘩𝘢𝘣𝘢𝘵 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢. 𝘚𝘦𝘫𝘢𝘬 𝘚𝘔𝘈, 𝘱𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘢𝘩𝘢𝘣𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘮𝘱𝘪𝘯𝘨𝘪 𝘈𝘯𝘯𝘢, 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘩𝘢𝘮𝘪 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩𝘪 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪. 𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯, 𝘬𝘦𝘢𝘥𝘢𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘣𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘈𝘯𝘯𝘢 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘶𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘢𝘩𝘢𝘣𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢. 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶, 𝘩𝘶𝘣𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘪𝘣𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘳𝘶𝘬. 𝘈𝘯𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘰𝘴𝘰𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘢𝘴𝘪𝘯𝘨. 𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘈𝘯𝘯𝘢, 𝘩𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘪, 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘶𝘵𝘶𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳𝘪 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘯𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘶𝘩 𝘭𝘶𝘬𝘢.


Judul: Represi 
Penulis: Fakhrisina Amalia
Penerbit: PT.Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2018
Halaman: 264 hlm; 20cm
ISBN: 9786020611945


Represi ialah usaha psikologis seseorang yang bertujuan untuk meredam keinginan, hasrat, atau instingnya sendiri. Represi berperan dalam banyak penyakit mental dan dalam psikis kebanyakan orang.
.
Novel ini merupakan novel dlm genre sick-lit. Mengangkat kisah yg berhubungan dengan kesehatan mental dan pelecehan seksual.
Kisah tentang seorang Klien, Anna dengan seorang Psikolog, Nabila. Anna adalah tokoh utama dalam novel ini, yang mengalami masalah berat, sampai mencoba melakukan percobaan bunuh diri.
.
Semua kisah perjalanan kehidupan Anna diceritakan begitu menyentuh, dengan alur maju mundur. Kisah kehidupan Anna, yang dia pendam sendiri semenjak kecil begitu menyesakkan dan membuatku geram.
.
Melalui novel ini pun kita juga ikut mengetahui bagaimana proses penerimaan Anna terhadap luka-luka batinnya, melalui bantuan psikolog.
Novel ini tidak hanya mengangkat kisah percintaan seorang gadis. Tapi, bacalah, banyak pesan dan hikmah yg bisa kita ambil dari sini. Tentang pola pengasuhan anak, pentingnya kasih sayang dan perhatian dari keluarga, kisah tentang persahabatan yg begitu positif.
.
Aku pernah menghadapi teman yang mengalami hal seperti yg Anna alami. Saat aku membaca novel ini, aku ikut merasakan & membayangkan, betapa beratnya menceritakan semua luka-luka batinnya dan proses penerimaan diri serta memaafkan diri sendiri.
.
Lewat buku ini pula, kita disadarkan untuk lebih berempati maupun bersimpati kepada siapapun teman kita seandainya teman kita berada disaat tersulit dihidupnya. Rangkul dan dengarkan dia. Bersabarlah. Hal itu yang sebenarnya temanmu butuhkan.
.
⭐ 4.0 / 5.0

Minggu, 06 Desember 2020

Bising (Review Buku)

Judul: Bising 
Penulis: Kurniawan Gunadi 
Penerbit: PT Bentang Pustaka 
Tahun terbit: November, 2020 
Halaman: 156 hlm; 20,5cm 
ISBN: 9786022917618

"Kapan kamu nikah?"
"Kapan hamil?"
"Ngapain sih kerja mulu? Gak kasihan apa sama anakmu?"
"Kenapa gak nyicil rumah aja? Daripada kontrak melulu."

Berisik! Bising!. 
Permasalahan orang dewasa memang tak ada habisnya. Namanya juga life, kehidupan. Pasti selalu ada masalah yg harus kita hadapi.
Bising, merupakan kumpulan cerita pendek yang berisi 63 cerita pendek. Menceritakan banyak pikiran, masalah, kekhawatiran, ketakutan, tentang persoalan-persoalan rumah tangga, karier, personal, pertemanan, dan keluarga.

Pengaruh suara-suara orang lain, anggapan-anggapan orang lain yang mempengaruhi kehidupan yang dijalani.
Buku yang memang sangat bising. Buku yang saya rasa ini bagus ditujukan untuk usia 23 tahun keatas, karena mayoritas cerita pendek di dalam buku ini tentang masalah rumah tangga. Tetapi ada juga cerita dari sudut pandang seorang ayah (orang tua).

Kamu bisa mendapatkan wawasan, gambaran, tentang kekhawatiran kehidupan orang dewasa yang mungkin ada yg terkait dengan kehidupanmu. Bisa kita ambil pelajaran dari semua cerita pendek ini, tergantung dari pandangan tiap-tiap pembaca, karena ini kumpulan cerita pendek yang hanya menceritakan tentang keresahan dan persoalan kehidupan orang dewasa, sehingga tidak semua cerita diberikan jalan keluarnya.

Ada satu cerita yang menurutku membekas, ialah cerita yang berjudul "Bekal dari Ayah". Cerita yang berisi pesan-pesan menyentuh untuk anaknya dalam menjalani kehidupan nantinya ketika dewasa.
"Menjadi dewasa itu penug dengan kebisingan. Ibaratnya kamu berjalan dan tinggal sendiri di hutan pun akan ada orang yang membicarakanmu saat mereka bertemu dan berpisah denganmu. Ketika menjadi dewasa nanti, kalau kamu tidak punya kata-kata baik yang dikeluarkan, lebih baik kamu diam."

Memang sejatinya kita hidup tidak bisa menyenangkan semua orang, dan bukankah kita juga tidak disenangkan oleh semua orang?. Kita tidak peelu berjuang keras untuk disukai oleh semua orang, karena bukanlah kita juga tidak menyukai semua orang?. Bahkan, orang yang berjuang agar kita menyukainya pun belum tentu kita sukai. Buat apa membuang waktu dan tenaga untuk hal-hal yang tidak benar-benar kita perlukan, seperti pengakuan-pengakuan orang lain. Pegang kendali atas hidup kita. Pegang kendali atas pilihan-pilihan yang ada di depan mata. Bertemanlah dengan orang-orang yang bisa mendengarkan dengan baik, sekaligus bisa memberikan penilaian terhadap kita secara terbuka.
Hidup akan berjalan lebih menentramkan tatkala kita bisa melihat dengan jernih, mana jalan yg harus kita tempuh, mana suara yg harus kita dengar .

Semoga kita selalu menjalani kehidupan ini dengan penuh rasa sabar dan syukur. Selalu ikhtiar dan tawakal.
Aamiin

⭐ 4.0 / 5.0

.        Buku Bising karya Kurniawan Gunadi