Senin, 26 April 2021

AVENOIR (Review Buku)

 


Judul: 𝐀𝐯𝐞𝐧𝐨𝐢𝐫 

Penulis: 𝐔𝐫𝐟𝐚 𝐐𝐮𝐫𝐫𝐨𝐭𝐚 𝐀𝐢𝐧𝐲 

𝐏𝐞𝐧𝐞𝐫𝐛𝐢𝐭: 𝐂𝐕.𝐇𝐚𝐥𝐚𝐦𝐚𝐧 𝐈𝐧𝐝𝐨𝐧𝐞𝐬𝐢𝐚

Tahun: 𝟐𝟎𝟏𝟗 

Halaman: 𝟏𝟗𝟏 𝐡𝐥𝐦 𝟏𝟒 𝐱 𝟐𝟏 𝐜𝐦


Avenoir adalah gabungan dua kata bahasa Prancis, yaitu avenir dan avor. Avenir berarti to happen, sedanfkan avoir berarti to have. Seseorang bernama John Koenig membuat 𝘋𝘪𝘤𝘵𝘪𝘰𝘯𝘢𝘳𝘺 𝘰𝘧 𝘖𝘣𝘴𝘤𝘶𝘳𝘦 𝘚𝘰𝘳𝘳𝘰𝘸𝘴 berisi berbagai istilah karangannya, yang menurutnya bisa menggambarjan emosi-emosi tak bernama. Avenoir Koenig artikan sebagai keinginan untuk memutar kembali masa yang telah berlalu. Avenoir mewakili suatu perasaan dilematis antara berjaln maju dan menciptakan memori baru, atau menahan waktu dan mengalirkannya secara mundur untuk menikmati memori-memori dari masa lampau.


Avenoir ialah sekumpulan cerita yang dibuat oleh si Pendengar Cerita. Dengan menggunakan sudut pandang orang pertama, aku ialah Da. Seorang wanita yang memilih prifeai sebagai Pendengar Cerita. Da, mempunyai alasan tersendiri, mengapa ia beralih profesi sebagai Pendengar Cerita.


Kumpulan cerita dari Para Pencerita yang 'curhat' tentang permasalahan hidup. Kisah-kisah yang tersaji di buku ini bisa menjadi renungan kita. Mungkin justru kisah di dalamnya tidak jauh berada di dekat kita.


Setiap cerita yang satu dengan yang lain saling berkaitan, maka disarankan membaca buku ini sebaiknya berurutan. Membaca setiap cerita-ceritanya membuatku ikut merenung, terdiam sejenak, dan menarik nafas panjang.


Hal yg aku sukai dari buku ini ialah cara penuturannya begitu lembut menyentuh hati, membuatku ikut terharu dan terasa begitu nyata. Buku yg bagus, keren, membuat emosiku naik turun.


Buku yg sebenarnya mengandung banyak nasihat, tapi tidak terkesan menggurui. Ide yg unik dgn menjadikan Da sebagai Pendengar Cerita. Selain itu, penulis jg secara bertahap menceritakan kisah hidup Da.


Da, sosok wanita yg menurutku kuat dan sabar. Tetapi Da jg mempunyai masalah dan penyesalan di masa lalu yang masih dia atasi di hidupnya sendiri.


"Setiap orang punya masalah. Setiap orang berduka. Hidup kita tidak selalu baik-baik saja, tapi itu tidak apa-apa. Tak perlu malu mengakui itu. Disisi lain, kita pun tak punyak hak untuk menganggap sepele masalah orang lain. Seringkali kita memulai masalah orang lain hanya dari sudut pandang kita sendiri." 

(Avenoir, Urfa Q.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar