Judul: 𝐌𝐞𝐧𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐫 𝐍𝐲𝐚𝐧𝐲𝐢𝐚𝐧 𝐒𝐮𝐧𝐲𝐢. 𝘊𝘢𝘵𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘗𝘦𝘯𝘫𝘦𝘭𝘢𝘫𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘬𝘦 𝘙𝘶𝘢𝘯𝘨 𝘗𝘪𝘬𝘪𝘳 𝘐𝘯𝘵𝘳𝘰𝘷𝘦𝘳
Penulis: 𝐔𝐫𝐟𝐚 𝐐𝐮𝐫𝐫𝐨𝐭𝐚 𝐀𝐢𝐧𝐲
Penerbit: 𝐂𝐕. 𝐇𝐚𝐥𝐚𝐦𝐚𝐧 𝐈𝐧𝐝𝐨𝐧𝐞𝐬𝐢𝐚
Tahun: 𝟐𝟎𝟏𝟗
Halaman: 𝟏𝟕𝟗 + 𝐱𝐱𝐢𝐯 𝐡𝐥𝐦. 𝟏𝟒 𝐱 𝟐𝟏 𝐜𝐦
𝐈𝐒𝐁𝐍 𝟗𝟖𝟕𝟔𝟎𝟐𝟎𝟖𝟒𝟖𝟒𝟗𝟓
Apakah kamu seseorang Introver? Ataukah Ekstrover?
Aku adalah seorang introver yang menikah dengan seorang ektrover 😁
Buku ini terdiri dari 70 tulisan yang terbagi menjadi tiga bagian besar. Buku yang merangkum beberapa cerita yang dialami introver di dalam kehidupan dan mengajak pembacanya menjelajah di 𝘙𝘶𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘴𝘢 dalam kepala introver.
Buku ini meramu pikiran dan perasaan penulis sebagai seorang introver. Di dalamnya ada tulisan nonfiksi, ada fiksi mini, dan puisi. Buku ini membuatmu, para introver tidak merasa bahwa dirinya sendirian. Buku yang membuatku yakin bahwa introver itu adalah pribadi yang mengagumkan, 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘳𝘪𝘣𝘢𝘥𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘯𝘦𝘩.
Seringkali menjadi introver itu selalu disalahpahami. Banyak yang mengira introver itu pemurung, selalu sedih, kesepian, antisosial, pendiam, dan lain-lain. Sebenarnya tidak demikian. Introver lebih senang mengerjakan sesuatu sendiri atau dengan orang-orang terdekatnya yang membuatnya nyaman. Ia cenderung mendapatkan kekuatannya dengan pikiran, ide, imajinasi dan suara-suara yang ada dipikirannya, di dalam dirinya.
Bagian pertama
Mendengar sunyi bekerja
Bagian yang berisikan nonfiksi, yang meramu pikiran dan perasaan penulis sebagai seorang introver.
"Aku merasa sunyi dalam ramai dan ramai dalam sunyi. Aku tak berjodoh dengan berbagai definisi. Aku tak bermaksud untuk membela diri. Aku hanya ingin kau bersedia menyadari, bahwa kesalahpahaman tentangku harus segera disudahi."
Intover bukannya antisosial, kesepian, atau semacamnya. Introver hanya merasa lebih bersemangat ketika dia hanya dengam dirinya sendiri. Introver bisa berpikir lebih jernih, bisa mendengar suara hati. Seperti menemukan kembali dirinya yang damai dan dengan itulah semangat hidupnya tetap ada. Introver bisa tetap terhubung dengan dunia kecil dalam dirinya: dunia ide dan imajinasi, yang seringkali jauh lebih baik daripada kenyataan.
Baginya, menyendiri itu tidak sama dengan kesepian. Kau bisa merasa kesepian bahkan ketika kau berada di dalam lingkaran orang-orang. Karena apa? Karena sang elang tak terbang bersama sang harimau. Kita semua tertarik secara alamiah pada kelompok-kelompok yang memang sesuai dengan diri kita, yang memiliki frekuensi yang sama dengan kita.
"Introver perlu menikmati kesendirian. Sebab, saat itulah ia mendapatkan energinya kembali. Introver juga lebih menyukai pertemanan yang berkualitas alih-alih mengejar kuantitas teman dan kenalan. Mungkin jumlahnya terbatas, tapi hubungannya mendalam."
Introvert bukan antisosial. Ia hanya selektif dalam menentukan bersama siapa waktu dan tenaganya ia habiskan. Sekali menentukan, ia akan sepenuhnya hadir, sepenuhnya mendengarkan, sepenuhnya membantu, dengan sepenuh hati. Tidak semua orang menyadari dan menghargai kesepenuhan hati ini. Sehingga, kita bisa sedikit mengerti mengapa sikap selektif ini seringkali dipilih.
Ketika kamu berbincang dengan introver, tanyakanlah sesuatu yang 'penting', sesuatu yang besar, sesuatu yang esensial, sesuatu yang reflektif, sesuatu yang kontemplatif, sesuatu yang berkaitan dengan gambar utuh dari kehidupan, atau sesuatu yang melampaui obrolan-obrolan umum. Intinya bukan sesuatu yang hanya sekedar obrolan basa basi semata.
Tanyakan saja bagaimana pandangannya terhadap fenomena-fenoma sosial yang terjadi saat ini, kondisi medsos saat inu, tentang buku yang terakhir dibaca, tentang film yang pernah di tonton, atau cerita apa saja yang menarik dari perjalanan-perjalanannya. Biarkan obrolan itu mengalir begitu saja.
"Introver mungkin sulit melibatkan diri dalam obrolan penuh basa-basi. Namun, introver bisa lebih menyukai pembicaraan berbobot, yang justru dihindari sebagian orang lain. Sebab, introver mengobrol bukan hanya untuk menghabiskan waktu, tapi mencari makna."
Introver umumnya jarang bertanya pada orang lain, mengapa berisik, mengapa menyukai kebisingan, atau mengapa mereka jarang berada di rumah. Tapi justru introver sering mendapat pertanyaan memojokkan seperti, "Mengapa kamu pendiam? Apakah kau bisu? Apakah kamu menyembunyikan sesuatu? Mengapa kau selalu terlihat sedih?". Percayalah, pertanyaan-pertanyaan itu terdengar kasar di telinga introver.
Introver tidak mengharapkan penghargaan, pengakuan, atau penyebutan macam-macam dari orang asing. Ia tak nyaman jadi sorotan. Introver hanha butuh waktu sendiri tanpa diganggu, buku, dan secangkir teh hangat. Sungguh kebahagiaan yang sederhana ❤️
Introver hanya berbicara jika ia merasa perlu. Introver akan diam jika dia merasa perlu.
Jika kau berteman dengan introver.
Introver memang sering menjadi teman yang membosankan. Introver tak selalu asyik dan bermuka ceria. Tak bermaksud menjadi teman yang membosankan dan jahat, tak benar-benar ingin menjauh dari semua orang. Introver hanya merasa tidak perlu melakukan segala hal yang kau senangi agar diterima dan disukai. Sebab, baginya berteman bukan sekedar memiliki orang lain untuk mengusir rasa sepi. Baginya berteman adalah soal saling percaya dan menjaga kepercayaan.
Introver sangat menghargai sebuah pertemanan. Jika kau berhasil membuatnya percaya padamu, ia akan menjadikanmu teman terbaiknya. Namun, seringkali tidak semua orang memahami hal yang sama. Itu sebabnya introver memiliki sedikit sekali teman dekat.
Tapi, tak mengapa. Sedikit namun berkualitas, itulah prinsip pertemanan introver.
"Butuh beberapa waktu bagi introver untuk memercayakan hatinya pada seseorang. Namun, sekali ia percaya, ia akan percaya selamanya. Berjanjilah untuk tidak mematahkannya."
Bagian kedua
Mendengar Innie Berujar
Innie, sebutan lain untuk orang dengam kepribadian introver. 😁
Bagian ini berisikan fiksi mini. Obrolan-obrolan singkat dengan introver, jawaban-jawaban atas obrolan singkat. Bagaimana introver menjawab atas pertanyaan-pertanyaan, atau bahkan perdebatan yang terlontar kepada dirinya.
Bagian ketiga
Mendengar Kode Rahasia
Berisikan kumpulan-kumpulan puisi yang dibuat oleh penulis, mba Urfa. Puisi yang indah, puisi yang dapat dipahami maknanya.
📖
Sebuah buku yang menurutku sangat menggambarkan diriku. Isi buku ini berbobot, ditulis dengan bahasa yang santai, dan kata demi katanya sangat bisa dinikmati.
Buku ini menunjukkan bahwa kesunyian bisa menjelma menjadi nyanyian merdu menyentuh kalbu 𝙟𝙞𝙠𝙖 𝙙𝙞𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙧𝙠𝙖𝙣 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙝𝙖𝙩𝙞.
Ada sebuah kebetulan yang membuatku merasa, buku ini 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘦𝘵 saat aku membacanya. Ternyata penulis, mbak Urfa menurut hasil uji kepribadian MBTI adalah seorang INFP. 𝘚𝘢𝘮𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘬𝘶. 😄
Oiya, di dalam buku ini juga dijelaskan alasan ilmiah tentang introver.
Ada sisi ilmiah alasan mengapa seorang introver tak terlalu suka berada dalam keramaian. Alasannya, terlalu banyak stimulasi yang membuatnya lekas lelah. Otak introver lebih peka terhadap senyawa 𝘯𝘦𝘶𝘳𝘰𝘵𝘳𝘢𝘯𝘴𝘮𝘪𝘵𝘵𝘦𝘳 pencetus kebahagiaan bernama dopamin. Dopamin akan dihasilkan otak ketika kita melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Kelebihan dopamin membuat otak lelah. Sebab, terlalu banyak stimulus membuat dopamin dalam otak introver terlalu banyak. Hal ini yang membuat introver akn merasa lunglai setelah digempur dengan aktivitas ekstrover. Jadi, introver dan ekstriver memang terlahir dengan spesifikasi otak yang berbeda.
Itulah keunikan introver. Standar kebahagiaan introver berbeda daripada ekstrover.
Slogan "Bahagia itu sederhana", pasti pencetusnya adalah seorang introver 😁
Apakah kau tahu, kenapa intover terlalu banyak berpikir?. Di otak kita terdapat lapisan abu-abu atau sering disebut 𝘨𝘳𝘢𝘺 𝘮𝘢𝘵𝘵𝘦𝘳𝘴. Lapisan ini bertanggung jawab utk aktifitas berpikir serius dan mendalam. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa otak introver memiliki lapisan 𝘨𝘳𝘢𝘺 𝘮𝘢𝘵𝘵𝘦𝘳𝘴 yang lebih tebal daripada ekstrover. Itu membuat aktifitas di dalamnya lebih sibuk, lebih padat, dan lebih produktif menghasilkan pikiran-pikiran sok bijak. Dengan perbedaan ketebalan, tak heran jikan pikiran pikiran serius introver lahir dengan cepat.
_____________
Sebagai penutup, ada kutipan di dalam buku ini yang aku suka. Yaitu..
"Ada yang berbicara untuk membuat orang terkesima, aku berbicara untuk menyentuh hati manusia."